Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Lahan Belum Selesai, Palembang Terpapar Kabut Asap Ekstrem

Kompas.com - 14/10/2019, 11:59 WIB
Aji YK Putra,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah Sumatera Selatan sampai saat masih terus terjadi.

Akibatnya, Palembang terpapar kabut asap ekstrem, sehingga membuat jarak pandang berkurang drastis pada, Senin (14/10/2019).

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Beny Setiaji mengatakan, angin permukaan umumnya dari arah Timur-Tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37kilometer/per jam), mengakibatkan potensi masuknya asap akibat kebakaran hutan dan lahan ke wilayah kota Palembang.

Baca juga: Terjadi Sebanyak 1.516 Gempa Susulan di Maluku, Ini Penyebabnya

Selain itu, sumber dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mencatat, beberapa titik panas di wilayah sebelah tenggara kota Palembang, memiliki tingkat kepercayaan di atas 80 persen.

Hal itu berkontribusi masuknya asap ke wilayah kota Palembang dari Banyuasin, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji.

Total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen untuk wilayah Sumsel, sebanyak 260 titik.

Titik panas terbanyak berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan jumlah 139 titik panas dan Kabupaten Banyuasin sebanyak 67 titik panas.

"Kondisi ini menjadikan kondisi paling ekstrem selama berlangsungnya karhutla dengan indikasi kuantitas dan jarak pandang yang terjadi," kata Bambang.

Menurut Bambang, intensitas asap umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00).

"Hal itu disebabkan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut,"kata Bambang.

Baca juga: Asap Misterius dan Bau Menyengat Keluar dari Sebidang Tanah Warga Jombang

Bambang melanjutkan, fenomena asap tersebut diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara.

Indikasi lainnya, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernapasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi/sore hari.

Hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air), sehingga membentuk fenomena kabut asap yang umumnya terjadi pada pagi hari.

"Jarak pandang terendah pada pagi hari ini berkisar hanya 50-150 meter dari jam 06.30-08.30 WIB, dengan kelembapan pada saat itu 95-96 persen. Keadaan ini berdampak pada 7 penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay,"ujar Bambang.

Bambang mengatakan, curah hujan diperkirakan akan baru terjadi pada tiga hari ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com